• LAYANAN

      Melayani berbagai kebutuhan pembuatan aplikasi dan website yang menjangkau area UMKM hingga bisnis berskala Enterprise.

      Sistem Monitoring Internal Audit MIND ID
      MIND ID
      2022
      Aplikasi SMSCrops Syngenta
      PT Syngenta Seed Indonesia
      2018
  • TENTANG KAMI
  • PORTOFOLIO
  • KARIR
  • BERITA & INFORMASI
  • HUBUNGI KAMI

Apa itu Prototype? – Fungsi, Metode, Tahapan, dan Contohnya

Daftar Isi
Daftar Isi

Penggunaan prototype merupakan suatu strategi yang efektif dalam pengembangan yang dapat membantu meningkatkan kepuasan pengguna juga menghasilkan produk yang lebih baik. 

Oleh karena itu, penting bagi pengembang untuk memperhatikan serta memahami peran prototype dalam pengembangan hasil akhir dan melakukan pembuatan nya secara hati-hati juga terstruktur.

Dalam artikel ini, Anda akan mengenal apa itu prototype beserta fungsi, tujuan, jenis, metode, tahapan, dan contohnya. Mari simak penjelasannya!

Apa itu Prototype?

Prototype adalah suatu model awal atau rancangan awal yang dibuat sebagai representasi visual atau fisik dari barang, sistem, atau aplikasi yang sedang dibuat.

Ini dibuat untuk menguji konsep juga ide-ide baru, serta untuk mengumpulkan umpan balik dari pengguna atau konsumen.

Dalam pengembangan produk, sangat penting untuk memastikan bahwa aplikasi tersebut bisa berfungsi dengan baik dan memenuhi kebutuhan pengguna.

Dalam pengembangan perangkat lunak, prototipe biasanya dibuat untuk menguji fungsionalitas juga antarmuka pengguna.

Prototipe dapat berbentuk visual, seperti sketsa tangan atau mockup digital, ataupun bisa berupa model fisik atau jenis mekanik.

Jenis visual biasanya digunakan untuk menguji antarmuka pengguna, layout, dan desain grafis, sedangkan jenis fisik digunakan dengan tujuan menguji kemampuan serta fungsionalitas hasil akhir barang.

Dalam fase pengembangan aplikasi, prototype sering kali dibuat serta diuji beberapa kali untuk memastikan bahwa aplikasi tersebut bisa berfungsi dengan baik serta memenuhi kebutuhan pengguna.

Setelah beberapa iterasi, tahap akhir akan digunakan sebagai dasar untuk produksi massal barang.

Selain untuk pengembangan aplikasi, prototipe juga bisa digunakan untuk mempresentasikan ide serta konsep kepada investor atau klien.

Dalam hal ini, prototipe digunakan untuk membantu menjelaskan ide serta visi produk secara visual dan interaktif, sehingga memudahkan pemahaman serta pengambilan keputusan.

Secara umum, model awal ini sangat penting dalam pengembangan aplikasi. Dengan membuat prototipe, tim pengembang dapat menguji dan mengevaluasi ide-ide baru dengan efisien, serta memperbaiki masalah atau kekurangan yang muncul sejak awal.

Hal ini membantu mengurangi risiko pengembangan dan meningkatkan kesuksesan hasil pada akhirnya.

Fungsi Prototype

Pada dasarnya, fungsi dari prototipe adalah untuk mengubah suatu konsep menjadi objek fisik yang dapat dimainkan, digunakan, dirasakan, dan diuji coba.

Dengan adanya prototype, Anda akan mendapatkan timbal balik atau feedback dari klien maupun desainer atau developer.

Selain itu, prototipe juga berperan dalam mengembangkan skema desain produk hingga mencapai bentuk final yang sesuai dengan tuntutan dan keinginan pasar.

Umumnya, para pengembang dengan terbuka menerima berbagai masukan dan tanggapan dari pengguna agar program dapat dikonstruksi dengan fitur dan fungsi yang lengkap.

Fungsi lainnya dari prototype adalah mengurangi biaya produksi. Dengan adanya prototype, pengembang tidak perlu lagi melibatkan diri dalam proses uji coba dan kesalahan berulang yang pada akhirnya dapat meringankan beban kerja tim dan biaya yang hemat.

Tujuan Prototype 

Prototipe memiliki beberapa tujuan dalam developing barang atau aplikasi. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari penggunaannya:

1. Mengetahui dan Memahami Kebutuhan Pengguna

Salah satu tujuan utama dari pengembangan produk adalah memenuhi kebutuhan juga keinginan pengguna.

Dengan membuat prototipe, tim pengembang bisa menguji produk juga mendapatkan umpan balik dari pengguna tentang fitur atau fungsionalitas yang mereka inginkan.

Hal ini membantu tim pengembang untuk memahami dan memenuhi kebutuhan pengguna secara lebih baik.

2. Memperbaiki Masalah dan Kekurangan Produk

Dalam pengembangan barang sering kali terdapat masalah dan kekurangan yang muncul pada tahap tertentu.

Dengan membuat model awal, tim pengembang dapat mengidentifikasi masalah dan juga kekurangan tersebut juga memperbaikinya sejak awal. Hal ini membantu mengurangi risiko juga biaya pengembangan pada tahap akhir.

3. Menguji Konsep dan Ide Baru

Dalam pengembangan barang, sering kali terdapat konsep juga ide baru yang ingin diuji dan dievaluasi.

Dengan membuat prototipe, tim pengembang dapat menguji dan mengevaluasi konsep dan ide baru dengan cepat dan efisien.

Ini memungkinkan pengguna dan pemangku kepentingan untuk melihat produk secara visual dan berinteraksi dengannya, sehingga memberikan umpan balik yang berguna untuk pengembangan barang lebih lanjut.

4. Mempercepat Waktu Pengembangan

Dengan membuat prototipe, tim pengembang dapat mempercepat waktu pengembangan barang.

Dengan mengidentifikasi masalah dan kekurangan pada tahap awal, tim pengembang dapat memperbaikinya sejak dini dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk secara keseluruhan.

5. Meningkatkan Kolaborasi

Prototype juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kolaborasi dan koordinasi antara anggota tim.

Dengan melihatnya, semua anggota tim dapat berbicara dalam bahasa yang sama dan memahami visi produk dengan lebih jelas. Ini juga dapat membantu dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan antara anggota tim.

6. Membantu dalam Presentasi dan Penjualan

Prototipe dapat digunakan untuk mempresentasikan ide dan konsep produk kepada investor atau klien.

Dengan prototipe, tim pengembang dapat membantu menjelaskan ide dan visi produk secara visual dan interaktif, sehingga memudahkan pemahaman dan pengambilan keputusan.

Manfaat Prototype 

Apa itu prototype
Prototype (Foto: Pexels)

Prototype memiliki banyak manfaat dalam pengembangan aplikasi. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penggunaannya:

1. Mengurangi Risiko dan Biaya

Dengan membuat ini sejak awal, tim pengembang dapat mengetahui masalah atau kekurangan produk dengan cepat serta dapat memperbaikinya sejak dini. Hal ini membantu mengurangi risiko pengembangan dan mengurangi biaya produksi pada tahap akhir.

2. Menguji Konsep dan Ide Baru

Untuk tim pengembang dapat menguji serta mengevaluasi konsep dan ide baru dengan cepat dan efisien.

Prototipe memungkinkan pengguna serta pemangku kepentingan untuk melihat produk secara visual dan berinteraksi dengannya, sehingga memberikan umpan balik berguna untuk pengembangan lebih lanjut.

3. Meningkatkan Kualitas dan Fungsionalitas

Dengan membuat prototipe, tim pengembang dapat menguji fungsionalitas serta performa produk dengan cepat dan efisien.

Hal ini memungkinkan mereka untuk memperbaiki masalah serta meningkatkan kualitas produk pada tahap awal pengembangan.

4. Meningkatkan Kolaborasi

Dalam pengembangan produk yang melibatkan tim yang besar, prototipe dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kolaborasi dan koordinasi antara anggota tim.

Dengan melihatnya, semua anggota tim dapat berbicara dalam bahasa sama serta memahami visi produk dengan lebih jelas.

5. Memudahkan Presentasi dan Penjualan

Selanjutnya, prototipe juga bisa digunakan untuk mempresentasikan ide serta konsep produk kepada investor maupun klien.

Dengan ini, tim developer dapat membantu menjelaskan ide serta visi produk secara visual dan interaktif, sehingga memudahkan pemahaman juga pengambilan keputusan.

6. Mengurangi Waktu Pengembangan

Dengan menggunakan prototipe, tim pengembang dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi produk secara keseluruhan.

Selain itu, dengan melihat masalah juga kekurangan pada tahap awal, mereka dapat memperbaikinya sejak dini juga mengurangi waktu dimana diperlukan untuk mengembangkan produk.

Jadi, dalam keseluruhan, prototipe adalah alat yang sangat penting dalam pengembangan produk atau aplikasi.

Tim pengembang dapat menguji konsep juga ide baru, meningkatkan kualitas dan fungsionalitas produk, mengurangi risiko dan biaya developing, juga meningkatkan kolaborasi antara anggota tim.

Jenis Prototype

Terdapat beberapa jenis prototype dalam desain UI/UX. Berikut adalah penjelasan lengkap terkait masing-masing prototipe:

1. Low-Fidelity Prototype

Low-Fidelity Prototype adalah jenis yang memiliki tingkat detail yang minim dan dapat dibuat dengan cepat serta sederhana.

Umumnya, low-fidelity prototype menggunakan sketsa dasar, potongan kertas, atau alat desain sederhana seperti wireframe.

Tujuan utama jadi jenis prototype ini adalah untuk menyampaikan konsep dan struktur dasar produk dengan cepat tanpa memperhatikan terlalu banyak detail visual atau interaksi yang kompleks.

2. High-Fidelity Prototype

High-Fidelity Prototype adalah kebalikan dari low-fidelity prototype, di mana prototipe ini mencakup elemen visual yang lebih realistis dalam menampilkan fungsi asli produk yang akan dikembangkan dan interaksi akhir produk yang lebih kompleks.

Prototipe ini dibuat dengan menggunakan alat desain, seperti Figma, Adoba XD, atau Sketch, dan mencakup elemen visual lebih lengkap, seperti warna, tipografi, dan gambar.

3. Interactive Prototype

Interactive Prototype adalah jenis yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan elemen-elemen antarmuka pengguna dalam desain.

Model ini mencakup navigasi antarmuka pengguna, animasi, dan respons interaktif lainnya yang menyimulasikan interaksi, alur pengguna, dan fungsionalitas produk.

4. Responsive Prototype

Responsive prototype adalah model yang menyesuaikan tampilan dan fungsionalitas dengan berbagai ukuran layar dan perangkat.

Prototipe ini memungkinkan pengujian tampilan, responsivitas, dan interaksi yang optimal pada berbagai jenis perangkat.

Keberadaan responsive prototype sangat penting dalam desain responsif yang bertujuan untuk memastikan pengalaman pengguna yang konsisten di berbagai platform, seperti mobile, tablet, dan desktop.

5. Simulative Prototype

Terakhir, simulative prototype adalah model yang menggunakan perangkat lunak atau alat khusus yang dirancang untuk mensimulasikan interaksi atau pengalaman tertentu.

Contohnya, dalam desain UI/UX untuk aplikasi mobile, alat prototyping dapat memungkinkan simulasi gerakan atau sentuhan pada layar.

Simulative prototype berguna untuk menguji dan memvalidasi aspek khusus yang berhubungan dengan pengalaman pengguna yang unik atau situasi tertentu.

Dengan menggunakan jenis prototype ini, tim pengembang dapat mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang bagaimana produk akan berkinerja dalam situasi yang spesifik atau dengan fitur-fitur khusus.

Metode Prototype

Selain jenisnya yang beragam, prototipe juga memiliki berbagai metode. Terdapat 5 metode prototype, berikut penjelasannya:

1. Paper Prototyping

Paper prototyping adalah metode pembuatan mock-up atau sketsa tangan dengan menggunakan bahan seperti kertas, pensil, dan materi fisik sederhana lainnya.

Ini merupakan pendekatan yang cepat dan ekonomis untuk menguji ide dan konsep desain sebelum beralih ke pembuatan prototipe digital yang lebih kompleks.

Dalam paper prototyping, elemen desain seperti tombol, menu, dan tautan antarmuka pengguna digambar secara manual.

Metode ini sering digunakan dalam sesi prototyping kolaboratif dan validasi ide desain sebelum berlanjut ke prototipe digital.

2. Digital Prototyping

Digital prototyping, di sisi lain, melibatkan penggunaan perangkat lunak khusus, seperti alat desain UI/UX atau prototyping tools, untuk membuat prototipe interaktif yang mendekati tampilan dan fungsionalitas produk akhir.

Ini bisa berupa prototipe statis yang menampilkan tata letak, elemen desain, dan transisi antarmuka pengguna, atau prototipe interaktif dengan kemampuan menguji interaksi langsung dengan pengguna.

Beberapa alat populer untuk digital prototyping, seperti Adobe XD, Sketch, Figma, dan InVision.

3. Coded Prototyping

Coded prototyping, sebagai metode lainnya, melibatkan pengembangan prototipe yang mendekati fungsionalitas produk akhir menggunakan bahasa pemrograman seperti HTML, CSS, JavaScript, atau bahasa pemrograman lainnya.

Ini juga dikenal sebagai HTML & JavaScript prototyping, yang memungkinkan pembuatan prototipe yang lebih interaktif dan dinamis.

Dengan kombinasi HTML, CSS, dan JavaScript, desainer dapat mengembangkan prototipe yang mendekati fungsi produk akhir, termasuk interaksi, animasi, dan logika pengguna.

4. Regular Prototyping

Regular prototyping adalah pendekatan tradisional yang umum dalam pembuatan prototipe.

Proses ini dimulai dengan merancang sketsa kasar atau wireframe untuk menggambarkan tata letak dan struktur antarmuka.

Prototipe kemudian dibangun dengan tingkat kerincian yang lebih tinggi, mencakup desain visual hingga fungsionalitas interaktif.

Metode ini melibatkan waktu dan upaya yang lebih besar dalam pembuatan prototipe yang lengkap dan rinci, namun memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana produk akhir akan terlihat dan berperilaku.

5. Rapid Prototyping

Rapid prototyping merupakan pendekatan yang lebih cepat dan fleksibel. Prototipe dibuat dengan waktu yang lebih singkat dan menggunakan alat yang lebih sederhana, dengan fokus pada validasi konsep dan pengujian fitur utama.

Selain itu, rapid prototyping membantu mengidentifikasi masalah atau kekurangan lebih awal dalam proses pengembangan, memungkinkan perbaikan dan penyempurnaan yang lebih cepat.

Meskipun memiliki keuntungan dalam hal kecepatan dan biaya yang lebih rendah, prototipe yang dihasilkan mungkin kurang jelas atau komprehensif dibandingkan dengan metode regular prototyping.

Tahapan Prototype 

Berikut beberapa tahapan dalam prototipe:

1. Identifikasi Tujuan dan Sasaran Prototype

Tahap pertama adalah untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran prototype yang akan dibuat. Pada tahap ini, tim pengembang harus memahami secara jelas tujuan dan sasaran produk, serta pengguna yang dituju.

Hal ini penting dilakukan agar prototype dapat dibuat dengan fokus pada kebutuhan dan keinginan pengguna.

2. Perancangan Konsep dan Ide

Setelah tujuan dan sasaran prototype telah diidentifikasi, tahap berikutnya adalah merancang konsep dan ide.

Pada tahap ini, tim pengembang harus membuat beberapa sketsa atau mockup produk dan menentukan fitur dan fungsionalitas yang akan dimasukkan dalam prototype. Konsep dan ide ini kemudian akan dievaluasi dan diperbaiki sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya.

3. Membuat Rancangan Prototype

Setelah konsep dan ide telah disetujui, tim pengembang dapat membuat rancangan prototype yang lebih detail.

Pada tahap ini, tim pengembang dapat menggunakan berbagai teknologi seperti wireframe atau mockup digital untuk membuat rancangannya. Rancangan ini dapat digunakan untuk menguji fitur dan fungsionalitas produk secara awal.

4. Pembuatan Prototype

Setelah rancangan prototype telah disetujui, tahap selanjutnya adalah membuat prototype. Prototype dapat dibuat dengan berbagai teknologi seperti cetak 3D, pengembangan aplikasi, atau bahkan jenis fisik.

Pada tahap ini, tim pengembang harus memastikan bahwa ini dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

5. Pengujian dan Evaluasi

Setelah hasil akhir selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian dan evaluasi. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa ini dapat bekerja dengan baik juga memenuhi kebutuhan pengguna.

Tim pengembang juga harus mengevaluasi umpan balik dari pengguna dan pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya.

6. Perbaikan dan Pengembangan Lanjutan

Setelah sudah masuk tahap dimana ini telah dievaluasi dan diuji, tahap selanjutnya adalah memperbaiki dan mengembangkan ini.

Tim pengembang harus memperbaiki kelemahan dimana kemudian memperbaiki fitur serta fungsionalitas dimana masih kurang.

Selanjutnya, prototype dapat dikembangkan secara lebih lanjut hingga menjadi hasil yang final serta siap diluncurkan.

Dalam keseluruhan, tahapan prototype meliputi identifikasi tujuan serta sasaran prototype, perancangan konsep juga  ide, pembuatan rancangan, pembuatan, pengujian juga evaluasi, serta perbaikan juga pengembangan lanjutannya.

Tahapan-tahapan ini harus dilakukan secara hati-hati serta terstruktur untuk memastikan bahwa prototype dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan mempercepat waktu pengembangan produk.

Contoh Prototype 

Apa itu prototype
Contoh Prototype (Foto: Pexels)

Contoh prototype dapat berupa berbagai macam, tergantung pada jenis produk atau aplikasi sedang dikembangkan. Berikut adalah beberapa contoh prototype yang umum digunakan:

1. Prototype Visual

Jenis visual sering digunakan dalam desain grafis, User Interface, juga layout produk. Contohnya, sketsa tangan atau mockup digital di mana menunjukkan bagaimana barang akan terlihat serta berinteraksi dengan pengguna.

2. Prototype Mekanik

Jenis mekanik digunakan dalam pengembangan fisik, seperti kendaraan atau alat elektronik. Salah satu contohnya adalah model 3D atau model skala yang digunakan untuk menguji fungsionalitas juga performa produk.

3. Prototype Perangkat Lunak

Jenis perangkat lunak digunakan dalam pengembangan aplikasi atau perangkat lunak. Misalnya, model interaktif dari User Interface yang digunakan untuk menguji fungsionalitas serta desain.

4. Layanan

Jenis layanan digunakan untuk menguji ide-ide baru dalam layanan atau pengalaman pelanggan. Contohnya, skenario interaktif yang menunjukkan bagaimana pelanggan akan berinteraksi dengan layanan atau produk.

5. Konsep

Jenis konsep digunakan untuk menunjukkan ide-ide baru dalam bentuk visual atau fisik. Contohnya, mockup atau model sederhana yang menunjukkan bagaimana produk atau layanan baru akan terlihat juga berfungsi.

Dalam pengembangan produk atau aplikasi, ini umumnya dibuat dan diuji beberapa kali untuk memastikan bahwa prototipe dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi kebutuhan pengguna. 

Itulah dia penjelasan lengkap terkait apa itu prototype serta fungsi, tujuan, jenis, metode, tahapan, contoh, dan manfaatnya.

Prototype merupakan suatu model atau contoh awal dari produk atau layanan yang sedang dikembangkan.

Dalam pengembangannya, ia memiliki peran penting dalam mempercepat waktu pengembangan produk dan memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna. 

Manfaat dari pembuatannya adalah meminimalisir kesalahan dan risiko dalam pengembangan produk, mempercepat waktu pengembangan, meningkatkan kepuasan pengguna, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengembangan produk.

Tahapan nya meliputi identifikasi tujuan serta sasaran, perancangan konsep juga ide, pembuatan rancangan, pembuatan, pengujian bersamaan dengan evaluasi, serta perbaikan yang kemudian pengembangan lanjutan.

Jika Anda ingin membuat dan mengembangkan bisnis online, Sekawan Media dapat menjadi solusi terbaik untuk Anda.

Sekawan Media menyediakan layanan jasa pembuatan aplikasi berbasis website untuk segala kebutuhan bisnis Anda.

Mulai dari analisis dan perencanaan, desain dan pengembangan, implementasi, dan maintenance akan kami lakukan untuk menunjang kebutuhan bisnis Anda.

Kunjungi website Sekawan Media untuk mendapatkan informasi lengkap terkait layanan jasa kami sekarang juga!

Copied To Clipboard

Bagikan Ke: